Memahami Islam dan Demokrasi
Sayangnya, Islam, agama perdamaian dan kemanusiaan sejati, sekarang dianggap sebagai akar penyebab praktik tidak demokratis yang berlaku di negara-negara Islam. Alasan utama di balik kesalahpahaman tersebut adalah kesalahpahaman dan analisis yang benar-benar salah tentang nilai-nilai politik Islam.
Saat membahas topik Islam dan demokrasi, orang sering mengambil posisi ekstrem; beberapa menampilkan sistem politik Islam sebagai antitesis dari demokrasi, sementara yang lain menekankan bahwa baik Islam dan demokrasi adalah dua istilah yang berbeda yang menyiratkan hal yang sama seperti yang dikatakan John Esposito dan John Voll dalam buku terbaru mereka 'Islam and Democracy' bahwa keduanya kompatibel satu sama lain. Tapi gambaran sebenarnya berbeda dari kedua sudut pandang. Oleh karena itu sebelum memihak salah satu kelompok harus memiliki pemahaman yang lengkap tentang beberapa konsep penting mengenai tempat demokrasi dalam Islam.
Konsep Kedaulatan dalam Islam
Dasar dari sistem politik Islam adalah keyakinan mutlak terhadap kedaulatan Allah, pemberi hukum yang nyata. Tidak seorang pun, bahkan seorang nabi dapat memerintah orang lain dengan haknya sendiri. Nabi sendiri tunduk pada perintah Allah. Sebagaimana sabda Nabi Suci SAW, "Aku tidak mengikuti apapun kecuali apa yang diwahyukan kepadaku". Bagi manusia Islam menggunakan istilah "Kekhalifahan" (Khilafat) bukan "kedaulatan". Siapa pun yang dipilih sebagai khalifah menggunakan kekuasaan sebagai amanah dari Allah dan bertanggung jawab di hadapan-Nya atas setiap tindakan yang dilakukannya di bawah kekuasaan tersebut.
Proses Pengambilan Keputusan dalam Politik Islam
Dalam Islam 'Syura' adalah satu-satunya badan pembuat keputusan dan pelaksana. Peran syura sering disamakan dengan peran parlemen dalam demokrasi modern, tetapi perbedaan utama antara keduanya adalah konsep pemberi hukum yang sebenarnya. Dalam Islam hanya Allah Yang Mahakuasa adalah pemberi hukum yang sebenarnya yang kepadanya otoritas undang-undang diberikan. Manusia tidak memiliki wewenang untuk mengubah batas-batas yang ditentukan dan tidak dapat menggunakan undang-undang independen. Dia harus mengambil semua keputusan dalam kerangka yang ditentukan sesuai dengan aturan Allah bukan dengan pilihan orang. Batasan-batasan tersebut ditempatkan hanya untuk mencegah eksploitasi manusia atas nama suara mayoritas dan untuk mengembangkan sistem keadilan sosial yang seimbang di mana kekuatan politik dapat digunakan untuk memberantas unsur-unsur yang menyebabkan ketidakamanan dan ketidakpastian di antara orang-orang.
Prinsip Kesetaraan dalam Islam
Islam menghadirkan struktur sosial yang egaliter yang menurutnya semua manusia sama di hadapan Allah; tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain karena status sosial, latar belakang keluarga, kasta atau profesinya. Satu-satunya kriteria keunggulan adalah bakat pribadi dan karakter mulia. Nabi Suci (SAW) menegaskan kenyataan ini dalam banyak kesempatan. Beberapa dari pernyataan tersebut diberikan di sini:
"Tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain kecuali dalam hal iman dan takwa. Semua manusia adalah keturunan Adam dan Adam terbuat dari tanah."
Pada kesempatan lain berbicara kepada orang-orang setelah penaklukan Makkah, Nabi Suci (SAW) bersabda:
“Wahai kaum Quraisy! Allah telah mencabut kesombongan kalian pada masa jahiliah dan kesombongan keturunan. Wahai manusia, kalian semua adalah keturunan Adam dan Adam diciptakan dari tanah. tidak ada kelebihan pada orang Arab terhadap non-Arab dan juga non-Arab terhadap orang Arab. Sesungguhnya yang paling berjasa di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.”
Tidak hanya dalam masalah sosial Islam juga memberikan hak yang sama kepada semua orang beriman bahkan dalam hal memerintah negara Islam. Seluruh umat Islam telah memberikan bagian yang sama dalam Negara Islam tanpa supremasi kelas tertentu.
Sebagaimana menurut Nabi Suci (SAW), "Setiap salah satu dari Anda adalah penguasa dan setiap orang bertanggung jawab atas rakyatnya."
Jika Anda hanya melihat-lihat Sejarah Islam, Anda akan mengetahui bahwa dalam banyak kesempatan orang-orang dari status sosial yang lebih rendah bahkan budak diangkat ke posisi yang lebih tinggi dan para bangsawan tidak merasa malu untuk mengabdi di bawah mereka.
Nabi Suci (SAW) berkata, "Dengarkan dan patuhi bahkan jika seorang negro ditunjuk sebagai penguasa atasmu."
Misalnya Kamu bersungguh-sungguh ingin melakukan umroh, maka Kamu harus mempersiapkan terlebih dahulu, termasuk berangkat dengan tenang menggunakan Paket Biaya Umroh 2023. Semoga Tuhan YME memudahkan niat mulia Kamu.